Posisi Tasawuf Dalam Islam
A. Posisi Tasawuf dalam Islam.
Pada
dasarnya, manusia sejak dilahirkan telah memiiki suatu potensi untuk beragama,
dalam arti mengenal Tuhan, yang oleh Joachim Wach disebut dengan sense of
religious. Keberadaan potensi ini diperkuat oleh roudolf okto yang mengatakan,
“ they born with an innate capacity of sensing god and can not help themself ”
(manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mengenal tuhan dan tidak dapat
menghindarinya).
Pengakuan adanya tuhan akan
membawa konsekuensi tersendiri bagi manusia untuk megintegrasikan dirinya
dengan yang maha kuat, yang diekspresikan dalam bentuk doa dan pemujaan atau
persembahan. proses integrasi dan “ perjumpaan ” manusia dengan tuhan atau
pengakuan terhadap “kehadiran” tuhan dalam dirinya tadi, lazim disebut pengalaman agama (
religius experience)
Pada sebagaian umat islam,
respon terhadapa realita mutlak ini diekspresikan dalam bentuk ibadah formal,
seperti sholat, puasa, haji, berdoa. sebagaian yang lain merasa tidak cukup
hanya dengan melakukan itu, lebih jauh mereka mendekatkan diri kepada tuhan
sedekat-dekatnya, bahkan berusaha “ menyatukan” diri dengan-Nya (union in god
). Cara yang disebut terakhir ini dinamakan tasawuf atau mistisisme islam.
Untuk memahami keberadaan agama
islam perlu dikaji dengan 3 perspektif: filosofis,sosiohistoris, dan spiritual
mistikal. hal ini sejalan dengan trilogi agama islam berupa wacana iman (
lingkup filosofis), islam ( lingkup sosiohistoris), dan ihsan ( lingkup
spiritual). Dengan memadukan 3 sudut pandang itu, akan dapat dipahami tentang
orisinalitas dan otentitas islam sebagai agama universal, yang berlaku
sepanjang zaman atau islam sebagai titik balik dari perenialisme agama-agama.
bahakan dalam sejarah perkembangan islam secara menyeluruh, tasawuflah yang
paling banyak perhatian. seperti dipertegas oleh Gibb ” gerakan keagamaan yang
populer dalam islam sangat berkaitan dengan para zahid dan sufi.”
Kata islam secara umum memilki
makna berpasrah diri dengan ketundukan total dan mutlaq kepada allah. kata ini
tidak hanya bermakna keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian. akan tetapi,
memiliki unsur sosiologis atau psikologis kemanusian yang lain.
Dari makna islam itu, muncul
perangkat-perangkat untuk mengaktualisasikan dan memahami trilogi keagamaan
itu. iman memunculkan cabang ilmu tauhid ( ilmu kalam, ushuliudin) untuk
memahami dan mengimani keberadaan allah. islam memunculkan ilmu fiqh berserta
ushul fiqhnya untuk menggali ilmu ilmu hukum atau syariat islam. sementara itu,
ihsan memunculkan ilmu taswuf beserta cabang cabangnya untuk mendekatkan diri
kepada alllah. meoe tersebut merupakan media untuk berpasrah diri kepada allah,
sehingga seseorang berharap akan sampai kepada tujuan sejati dari hidupnya
sampai kembali kepada allah dengan penuh ridha-Nya.
Kajian kajian tasawuf tidak lain
adalah mementingkan kebersihan batin dan kesucian jiwa, mementinkan aktivitas
untuk mendekatkan diri kepada allah SWT (taqarrub) dan sampai kepada-Nya.
dengan demikian, seluruh dimensi hidup di penuhi dengan keadaan jiwa yang
selalu berpikir : mulai dari lisan, anggota tubuh, peredaran darah, pikiran
(akal atau rasio), dan perasaan ( hati serta keseluruhan aspek kejiwaan).
inilah yang membuat hidup seseorang selalu istiqomah, stabil, penuh motivasi,
dan optimistis.
Dengan tasawuf rasa kasih dan
sayang akan selalu bersemi di hati. hal itu dikarenakan tasawuf merupakan
elemen yang tidak mengabaikan hati. di mana roh murni bersemayam mengendalikan
tubuh sebagai motor bagi jiwa dan raga seseorang. jika hati telah di butakan
oleh hal hal keduniaan dan tunduk kedalam hawa nafsu, gelaplah keseluruhan
hidup seseorang. jadilah ia seorang yang zalim, orang yang cahaya hatinya tidak
dapat lagi melihat kebenaran cahaya akhirat dengan Nur allah.
Comments
Post a Comment