DINASTI SALJUKIYAH
a. Kelahiran
b. Perpecahan
c. Momentum
A. KELAHIRAN DAN PERPECAHAN DINASTI SALJUKIYAHSejarah mencatat bahwa kemunculan dinasti Abbasiyah dilatari oleh beberapa kelompok kepentingan yang menyatukan diri dalam kelompok Bani Abbas yang cenderung mendobrak dominasi arab. Inilah sebabnya dalam perjalanan dinasti ini selanjutnya terdapat sejumlah dinasti yang ingin menguasai ibukota pemerintahan karena persaingan antar etnis. Yang ppaling nyata persaingan tersebut adalah persaingan antara suku bangsa terutama antara ara, persi dan turki. Persoalan lain yang ikut menyertai perjalanan dinasti Abbasiyah ini adalah persaingan antar aliran keagamaan yang terkadang terbwa ke ranah politik yaitu paham Syi’ah dan sunni.Dari persaingan antar etnis dan aliran keagamaan tersebut bukan hanya sekedar melahirkan sebuah dinasti baru, tetapi yang palig parah adalah perebutan baghdad sebagai pusat ibukota dinasti Abbasiyah. Ini tampak daroi sejarah yang mencatat bahwa para khalifah banyak yang berada dibawah pengaruh kelompok tentara bayaran asal turki (847-945 M), kemudian dibawah kekuasaan bani buwaihi (945-1055 M) dan setelah itu kendali pemerintahan berada dibawah kekuasaan bani Saljuk (1055-1194 M). Ini sekaligus menunjukan betapa lemahnya posisi khalifah saat itu.[1]Bani saljuk berasal dari suku bangsa Ghuzz (Oghuz) di turkistan dan berimigrasi kebarat dibawah saljuk ibn Tuqaq, dari namanya dinasti Saljuk diambil. Mereka berpindah lagi ke barat dan berlindung kepada dinasti Samman, kemudian memerdekakan diri ketika Samman dikalahkan oleh dinasti Gaznawi. Ketika tampuk pimipinan berada di tangan Tugril Bek maka ia mengumumumkan berdirinya dinasti saljuq, dan diberi pengakuan oleh khalifah AbbasiyahdiBaghdad. Terjadi perebutan kekuasaan untuk jabatan amir al-umara diantara bani Buwaih sendiri. Arselan Al-Basasiri mengambil dengan paksa jabatan tersebut yang di pegang oleh Al-Malik Ar-Rahim. Arselan bertindak sewenang-wenang dan sekehendak hatinya. Hal itu menyebabkan khalifah meminta bantuan kepada bani Saljuk yang telah kuat kedudukannya pasukan Saljuk dibawah Tugril Bek memenuhi permintaan khalifah dan memasuki ibukota Abbasiyah itu tahun 447/1055.Seljuk Raya adalah yang menguasai Irak, Persia barat dan syiria, dan inilah yang akan di bicarakan, karena saljuk bercabang dan tidak hanya menguasai wilayah kebudayaan Arab saja. Saljuk Raya adalah yang lebih dekat kepada wilayah kebudayaan Arab, walaupun luas kekuasaannya meliputi wilayah-wilayah no-Arab, diantara para sultan Saljuk yang terkenal adalah Alp Arsland (455/465/1063-1072) dan Malik Syah (465-485/1072-1092) dengan menterinya yag terkenal, Nizamul Mulk. Alp Arsland mengembangkan wilayah kekuasaannya hingga ke Byzantium dengan memaksa kaisarnya untuk membayar uang tebusan yang tinggi bagi kaisar yang tertawan. Hijaz yang didalamnya berada tempat suci Makkah dan Madinah dirampasnya pula dari tangan Fatimiyah. Ia terbunuh dalam peperangan di Oxus. Malik Syah sebagai anak Alp Arslan dan penggantinya, mengembangkan wilayah lebih luas lagi, yang meliputi Afganistan hingga ke laut tengah dan dari Asia kecil hingga ke Yaman.Pusat kekuasaan Seljuk adalah di Ray dan Isfahan, sedangkan kekuasaan para kholifah Abbasyiyah tertap di Baghdad. Di kota tersebut terakhir itu dan di Nishapur pada masa Malik Syah dikembangkan madrasah Nizamiyah yang dipelopori oleh mentri Nizamul Mulk, disamping mendirikan Hanafite School yang diambil dari nama salah seorang imam madzhab yang empat, yakni Imam Abu Hanifah. Bani Seljuk berhasil mengembalikan reputasi Abbasiyah yang bermadzhab Sunni dari pemaksaan kekendak para pemimpin bani Buwaihi yang Syi’ah.[2]Setelah Kemajuan telah di dapatkan oleh pemerintahan dinasti Salajaqah, terutama pada masa tiga penguasanya yang terkenal yaitu Thugrul Bek, Alp Arselan, dan Malik Syah kemudian menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan, dan tidak ada seorang tokoh yang cukup kuat untuk mempersatukan segenap kekuatan bani Saljuk, sehingga kekuatan mereka bertambah lemah. Kekuasaan dinasti Saljuq kemudian terbagi-bagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, dimana masing-masing wilayah itu berada dibawah kekuasaan putra-putra Maliksyah. Dimasa Sultan sanjar misalnya, meskipun dia tetap diakui sebagai senior keluarga, tetapi saljuk irak dan persia tetap dilanda perselisihan, yang cukup merugikan secara politik.[3]
Berbagai faktor turut melemahkan kaum Saljuk. Sebagaian faktor datangnya dari luar dan lainnya faktor dari dalam negeri. Diantara faktor-faktor dalam negeri ialah pemberontakan golongan islamiah dari kelompok Hasysyasyin, perpecahan-perpecahan dalam negeri hasil daripada perluasan kerajaan saljuk yang bersuku-suku dan penghianatan sebagaian pegawai pemerintah yang pernah menjadi hamba abdi kaum Saljuq, seperti raja-raja khuwarazm dan Ghur. Tetapi faktor keruntuhan dalam negeri yang terpenting sekali ialah berdirinya wilayah-wilayah Amiriyah Utabak. Pada mulanya kawasan-kawasan itu tidak sedikit pun membahayakan integritas kerajaan. Tetapi kerajaan-kerajaan mulai lemah, setiap pemilik tanah itu merasa dirinya sebagai amir dan memerintah dikawasan tanah masing-masing serta memisahkan diri dari pengaruh kaum saljuq. dengan ini maka lahirlah Utabak Damsyik, Utabak Mausil, Utabak Jazirah dan sebagainya. Sebagaian Utabak menggunakan beberapa orang untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan atas nama amir Saljuq.[4]
Sedangkan faktor ekstern yaitu terjadinya perang salib. Disamping banyaknya faktor internal yang menyebabkan kemunduran dan akhirnya menghancurkan Dinasti Saljuk, perang salib juga telah menyebabkan kelemahan , kemunduran dan menuju gerbang kehancuran kerajaan.[5]
B. MOMENTUM-MOMENTUM PENTING SELAMA KERAJAAN SALJUKIYAH
1. Perkawinan antara kalangan kaum Saljuq dengan kalangan Bani Abbasiyah
Perkawinan diantara putra-putra Bani Abbas dengan putri-putri
Sultan Saljuq adalah suatu perkara biasa, karena memang banyak putra-putra Bani
Abbas yang mempunyai istri-istri dari berbaga keturunan dan warna kulit. Tetapi
apa yang terjadi di zaman kaum Saljuq itu adalah suatu perkara yang luar biasa,
yaitu perkawinan diantara Sultan-sultan Saljuq dengan putri-putri kalifah
Abbasiyah.
Sebelum zaman Saljuq, penaklukan islam tidak sampai ke pada Asia
kecil. Pada masa itu kaum muslimin dari satu pihak dan kaum Byzantium dari
pihak yang lain, hanya melancarkan serangan-serangan kecil yang hanya bertujuan
untuk menimbulkan ketakutan satu sama lain atau untuk memperoleh harta rampasan
dan barang-barang. Tetapi kaum Saljuq telah memasuki Asia kecil melalui pertempuran-pertempuran
kecil yang bertujuan menumpas kaum Byzantium dikawasan tersebut, serta
menghapuskan sama sekali roma dari bumi Asia. Kaum Saljuq telah berhasil
didalam tugas ini dan telah mengalahkan tentara Byzantium pada tahun 1071 M,
serta menaklukan sebagian besar Asia Kecil yang sebelum itu tidak sempat
ditaklukan oleh orang-orang Arab. Mereka kemudian menjadikan kawasaan itu
sebagai tapak kaum bangsa keturunan Turki.
Di antara kelompok-kelompok terpenting yang menimbulkan ketakutan
di banyak negeri-negeri Islam di zaman kaum Saljuq ialah kelompok Hasysyayin
yang terkenal dengan perbuatan-perbuatan kejam, menipu dan membunuh. Dari
perkataan Hasysyasyin inilah lahirnya perkataan assasins dalam bahasa inggris
yang berarti pembunuh atau penumpah darah.
Kerajaan-kerajaan terpenting yang lahir setelah keuntuhan kaum
Saljuq ialah kerajaan Khuwarizm, yang muncul setelah keruntuhan kaum Saljuq
Izam dan Salljug iraq dan kurdistan, kerajaan Ghuz Turkaman yang menggantikan
kerajaan Saljuq di Syiria, kerajaan
Usmaniah yang menggantikan kerajaan Saljuq Roma. Di samping semua ini ialah
kerajaan-kerajaan utabak.
Kaum Saljuq sangat suka kepada bangunan-bangunan yang besar,
ukiran-ukiran yang cantik dan gambar-gambar yang warna-warni penuh hiasan.
Benda-benda seperti ini begitu menarik pandangan mereka, menyenangkan perasaan
serta mengisi kekosongan yang terdapat di dalam jiwa mereka yang masih tetap
dengan tabiat kehidupan di desa-desa dan padang pasir. Hasil-hasil ini sangat
digemari di zaman mereka. Pada umumnya kaum Saljuq itu amat menyenangi hasil-
hasil seni yang indah dan memiliharanya dengan baik. Sultan-sultan memberi
perlindungan kepada hasil-hasil seni itu
dan memberikan galakan kepada anggota-anggotanya.[6]
Comments
Post a Comment