Ringkasan fiqih muamalah




SALAM DAN ISTISHNA

A.    SALAM

1.  Pengertian salam
Secara bahasa yaitu mendahulukan pembayaran dan mengakhirkan barang. Sedangkan secara istilah transaksi yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam suatu tempo dengan harga yang telah disepakati.

2.  Dasar hukum salam
         Jadi salam itu adalah akad yang dibolehkan , meskipun objeknya tidak ada majlis akad , sebagai pengecuIalian dari persaratan jual beli  yang berkaitan dengan objeknya. Dasar hukumnya akad salam (QS. Al-Baqarah : 282).

            Ibnu Abbas dalam atsar yang diriwayatkan  oleh Imam Asy-Syafi’i, Thabrani, Al-Hakim dan Baihaqi, dan dikutip oleh Wahbah Zuhaili mengatakan .


اشهد ان السلف المضمن الى اجل قد احله ا الله فى كتا به و ا ذ ن فيه  ثم قرأ قوله تعا ل

“Aku bersaksi (meyakini) bahwa sesungguhnya salaf (salam) yang ditanggungkan (dijanjikan) untuk masa tertentu, sesungguhnya telah dihalalkan oleh Allah didalam kitab-Nya dan diizinkan untuk dilakukan , hendaknya kamu menulis dengan benar”


3.  Rukun dan syarat-syarat salam
Salam ini adalah salah satu dari bentuk jual beli, adapun rukunnya
a.       Rukun salam
Menurut hanafiah  rukun salam adalah ijab dan qabul.sedangkan menurut jumhur ulama, ada Aqid, Ma’qud alaih, dan sighat.

b.      Syarat-syarat salam
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
-          Jenis muslam fih harus diketahui
-          Sifatnya harus diketahui
-          Ukuran dan kadarnya wajib diketahui
-          Masanya tertentu
-          Mengetahui kadar
-          Menyebutkan tempat


4.  Hikmah akad
-          Kemudahan dalam urusan perniagaan
-          Menanamkanperasaan tolong-menolong

B.     ISTISHNA
1.  Pengertian istishna
         Secara bahasa istishna mempunyai arti meminta atau membuatkan sesuatu.Adapun secara istilah Istishna dalah transaksi terhadap barang dagangan dalam tanggungan yang diisyaratkan untuk mengerjakannya.

2. Dasar hukum Istishna 
      Landasan hukum untuk istishna secara tekstual tidak ada, dan juga secara logika tidak diperbolehkan, karena objek akad tidak ada. Namun menurut hanfiah  akad ini dibolehkan berdasarkan istihsan, dan hukum kebolehannya digolongkan kepada ijma’ .
Mengenai ijma’  ini Anas bin Malik meriwayatkan  bahwa Rasulullah SAW bersabda


إنّ أمّتي لا تجتمع على ضلا لة ، فإ ذ ار ايتهم اختلا فا فعليكم با السواد الاعظم

Ulama fiqih dalam permasalahan jual beli istishna ini, berbeda pendapat 
a.       Menurut ulama madzhab Hambali  istisna’ ialah akad yang tidak benar atau batil dalam syariat islam. Ulama madzhab Hambali melarang akad berdalikan dengan hadits Hakim bin Hizam yaitu;

لاتبع ما ليس عند ك

“janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu” 
(Riwayat Ahmad, Abu dawud,An Nasa’i, At-Tirmizy,Ibnu Majah,As-Syafi’i, Ibnu Jarud,Ad Daraquthny,Al Baihaqy8/519 dan Ibnu Hazem)

3. Rukun dan syarat-syarat istishna’ 
Rukun istishna, Aqid,Ma’qud alaih, dan sighat.
Sedangkan syarat-syaratnya antara lain sebagai berikut
-          kesepakatan kriteria barang saat akad.
-          Tidak dibatasi waktu penyerahan barang
-          Barangnya barang yang berlaku muamalat

4.Hikmah istishna’
-          Terciptanya kreasi dan inovasi produk-produk yang sesuai selera.
-          Terpenuhinya kebutuhan dan selera konsumen. 



              MUSYAKARAH DAN MUDHARABAH
  
A.    Pengertian Musyakarah
Secara bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur atau percampuran. Syirkah ini mempunyai beragam pengertian  tergantung bentuk syirkahnya. Beberapa definisi syirkah secara  umum yang dikemukakan para uama:

a.       Syirkah menurut Sayyid Sabiq 
“akad antara dua orang dalam (penanaman) modal dan (pembagian) keuntungan” 

b.      Syirkah menurut Taqiyyudin Abi Bakr bin Muhammad Al-Husaini 
  “ungkapan tentang penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang atau lebih menurut cara yang telah duketahui”

c.       Syirkah menurut Wahbah Al-Zuhaili 
“kesepakatan dalam pembagian hak dan usaha”

-  Syarat Syirkah menurut para ulama :
a.       Ulama Hanafiyah
-          Berkaitan dengan semua bentuk syirkah
-          Berkaitan dengan syirkah al-maal
-          Yang khusus berkaitan dengan syirkah mufawwadhah.
-          Berkaitan dengan syirkah ‘inan  sama dengan syarat  dalam mufawwadah.

b.      Ulama Malikiyah
-          syarat yang berkaitan dengan pihak yang berakad
-          berkaitan dengan sighat akad
-          berkaitan dengan modal

B.     Pengertian Mudharabah
     Secara bahasa berasal dari kata dharab yang berarti bergerak, menjalankan, memukul dan lain-lain. Sedangkan secara istilah berarti sepotong, karena pemilik modal menyisihkan sepotong hartanya untuk dijadikan modal berdagang.
-Definisi mudharabah menurut para Ulama
a.       Menurut para fuqaha 
    Mudharabah ialah akad yang salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan yang telah ditentukan dari keuntungan. 
b.      Menurut Hanafiyah,
Harta diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa untuk mengelola harta itu.
c.       Malikiyah berpendapat 
           Pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan      pembayaran yang ditentukand.      Ulama Syafi’iyah Berpendapat bahwa, mudharabah ialah akad yang menentukan seseorang  menyerahkan hartanya kepada
 orang lain.

Ø  Syarat  dan rukun mudharabah
Menurut ulama Syafi’iyah dan rukun-rukun qiradh ada enam:
1.      Pemilik barng yang menyerahkan barang-barangnya
2.      Orang yang bekerja
3.      Akad mudharabah
4.      Mal
5.      Amal
6.      Keuntungan

Ø  Syarat-syarat sah Mudharabah
-          Modal atau barang berbentuk uang tunai.
-          Orang yang berakad melakukan tasharuf
-          Modal harus jelas
-          Keuntungan menjadi milik pengelola dan modal.
-          Melafazkan ijab dari pemilik modal
-          Mudharabah besifat mutlak

Ø  Hikmah Musyarakah
-          Terciptanya kekuatan dan kemajuan terutama dalam ekonomi
-          Lebih mantap dalam berpikir untuk kemajuan
-          Terjalinnya rasa persaudaraaan dan solidaritas
-          Jika usahanya berkembangjangkauan operasionalnya semakin luas maka membutuhkan tenaga kerja yang banyak








  


MUZARA’AH, MUKHABARAH DAN MUSAQAH

A.    Pengertian Muzara’ah dan Mukhabarah
            Secara bahasa Muzara’ah itu tanaman,sedangkan Mukhabarah itu tanah yang gembur . Muzara’ah dan Mukhabarah ini mempunyai pengertian yang hampir mirip yaitu kontrak kerja sama antara pemilik tanah (malik) dengan pekerja (amil) untuk bercocok tanam,dengan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan, bedanya kalau Muzara’ah itu benihnya berasal dari pemilik tanah, sedangkan Mukhabarah benihnya berasal dari pekerja.
Ø  Rukun yang harus ada didalam  Muzara’ah ;
1.      Pemilik tanah
2.      Petani penggarap
3.      Objek Al-Muzara’ah
4.      Ijab dan kabul

Ø  Berbeda dengan Muzara’ah, rukun Mukhabarah menurut Hanafiah, rukunnya hanya ada satu yaitu Akad, yaitu ijab dan kabul antara pemilik dan pekerja. Adapun syarat-syarat Muzara’ah yang harus kita penuhi adalah ;
1.      Yang berakad, baligh dan berakal.
2.      Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan.
3.      Yang menyangkut pertanian.
4.      Yang menyangkut hasil panen
5.      Waktu harus jelas dalam akad sejak semula karena akad muzara’ah mengandung akad al-ijarah.

Ø  Di dalam  Mukhabarah terdapat beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya;
1.      Yang berakad, Mumayiz tidak harus baligh dan bukan orang murtad.
2.      Tanaman , lebih baik jika diberikan kepada pekerja.
3.      Garapan, memungkinkan untuk di garap,jelas, ada penyerahan tanah.
4.      Tanaman yang dihasilkan. Jelas ketika akad,harus kerjasama dua orang yang akad.
5.      Ditetapkan ukuran antara keduanya.
6.      Tujuan harus berdasarkan pada tujuan syara.
7.      Dibolehkan menggunakan alat tradisional maupun modern,dan tidak bermaksud hanya menggunakan alat mukhabarah , akan dipandang rusak apabila tidak dikaitkan dengan akad.
8.      Tempo.

Ø   Hikmah yang dapat kita ambil dari Muzara’ah dan Mukhabarah adalah menghindari Kepemilikan yang tersia-sia baik itu pemilikan hewan maupun tanah. Selain itu juga terdapat pembagian hasil yang saling menguntungkan.





B.     Pengertian Musaqoh
Musaqah secara bahasa adalah  transaksi dalam perairan . Sedangkan akad Musaqah yaitu bentuk kerja sama antara pemilik kebun dan petani penggarap untuk memberikan hasil yang maksimal .Kemudian segala sesuatu yang dihasilkan menjadi hak bersama sesuai kesepakatan  mereka . Di dalam melaksanakan Musaqah tentunya ada rukun-rukunnya, dan menurut ulama Syafi’iyah rukun-rukun musaqah ada 5 diantaranya;
1.      Sighat bisa dilakukan dengan jelas dan dengan samaran .
2.      Pihak yang berakad, baligh,berakal dan tidak berada dalam pengampunan.
3.      Hasil dari yang dirawat dan dipeliharanya boleh dibagi hasil.
4.      Masa kerja ditentukan lama waktu yang akan dikerjakan
5.      Hasilnya ditentukan sesuai kesepakatan mereka.

Ø  Selain ada rukunnya, didalam Musaqah mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi ;
1.      Yang berakad harus baligh dan berakal.
2.      Objek Musaqah
3.      Tanah diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap tanpa campur tangan.
4.      Harga yang dihasilkan dari kebun sesuai kesepakatan mereka.
5.      Perjanjian harus jelas.

Ø  Hikmah dari adanya Musaqah adalah menghilangkan kemiskinan, saling tukar manfaat diantara manusia.















AKAD

1.      Pengertian Akad
Menurut ulama fiqih, akad itu bisa ditinjau dari dua sisi, yaitu secara umum dan secara khusus.
Umum => Akad dari segi bahasa menurut pendapat ulama syafi’iyah, malikiyah, dan          hanabilah  akad adalah yang dikerjakan seseorang berdasarkan keinginan sendiri.
Khusus => menurut ulama fiqih
a.       Akad adalah ikatan ijab-kabul yang berdasarkan ketentuan syara’ dan berdampak pada objeknya.
b.      Akad adalah pengaitan ucapan salah satu dari yang akad dengan yang lainnya secara syara’

Ø  Rukun-rukun akad
Diantara rukun-rukun aqad yaitu
-          Aqid                   => orang yang berakad
-          ma’qud alaih      => objek yang akan di akadkan
-          maudhu’ al’-aqd => tujuan atau maksud mengadakan akad
-          sighat al-aqd       => ijab dan kabul

Ø  Syarat-syarat aqad
-          Keduanya cakap bertindak
-          Yang dijadikan akad dapat menerima hukumnya
-          Akad di izinkan oleh syara’
-          Bukan aqad yang dilarang oleh syara’
-          Ijab itu jalan terus, tidak di cabut sebelum kabul
-          Ijabdan kabul bersambung

Ø  Macam-macam akad
-          aqad shahih => akad yang sesuai rukun dan syarat
-          aqad yang tidak shahih => akad yang tidak sesuai dengan rukun dan syarat

Ø  Berakhirnya akad
-          Berakhirnya masa berlaku akad
-          Dibatalkan oleh pihak yang berakad
-          Dalam akad bersifat mengikat
-          Salah satu pihak akad meninggal dunia.

  

















Comments

Popular posts from this blog

Qada dan Qadar menurut Qadariyah,Mu'tazilah,Jabariyah dan Ahlussunah wal Jamaah

MAKALAH ISTIMDAD DALAM USHUL FIQIH

Peradaban Dunia Sebelum Islam